ANDA mungkin pernah mendengar istilah gopek, goceng, ceban, dan sebagainya untuk menyebut nominal uang tertentu. Meskipun banyak masyarakat Indonesia menggunakan istilah tersebut, tidak semuanya paham apa arti dan asal-usulnya.
Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggantikan nominal uang rupiah.
Baca juga : Fungsi Turunan Uang selain Alat Tukar, ini Contohnya
Sebutan tersebut berasal dari bahasa Mandarin dan sering digunakan oleh suku Tionghoa yang berdialek Hokkian.
Mayoritas suku Tionghoa yang menjadi pendatang di Indonesia berasal dari Provinsi Fujian di wilayah Tiongkok selatan. Pendatang dari suku Tionghoa itu memakai bahasa Mandarin dengan dialek Hokkian untuk berdagang atau betransaksi di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, dialek Hokkian itu menjadi familiar di tengah masyarakat Indonesia.
Bahkan beberapa istilah seperti gocap, cepek, gopek, seceng, goceng, ceban, dan goban sudah resmi masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Z-5)
Agar kekinian, sejumlah kafe menyajikan harga menu dengan huruf “K” di belakang nominal harga. Apa sih arti huruf K pada harga tersebut? Memangnya 1K berapa Rupiah?
“Kang, harga kopi secangkir kok 20K? Jadi, harga kopinya berapa tuh?” tanya seorang teman ketika nongkrong di sebuah kafe.
“Nggak tahu, ya! Coba tanya ke penjualnya saja,” jawab saya tak mau repot.
Di lain hari, seorang teman juga bertanya hal yang hampir serupa. “Mas, follower Instagramku kok jadi 101K. Ini huruf K maksudnya apa tho?” Saya bingung mau jawab gimana. Lha masak saya suruh tanya ke mbak atau mas Instagram! Jadi ya saya diamkan saja pertanyaan teman saya itu.
Akan tetapi, lantaran penasaran juga, diam-diam saya mencari tahu jawaban pertanyaan kedua teman saya tersebut. Dan saya mendapati jawaban di mesin pencarian Google rata-rata hampir sama. Ternyata, maksud dari huruf “K” di belakang sebuah angka itu berarti kelipatan seribu. Huruf “K” di belakang nominal harga itu adalah kilo yang berarti ribu. Satu kilogram sama dengan 1.000 gram atau satu kilometer berarti 1.000 meter. Nah, begitu pula maksud “K” di belakang nominal harga.
Huruf “K” yang berarti ribu itu sebenarnya berasal dari bahasa Yunani. Kata aslinya ditulis “χίλιοι” dan dibaca “cilia” atau “chilo”. Dalam bahasa Indonesia kemudian diterjemahkan menjadi “kilo”.
Penggunaan “K” untuk menyingkat ribu dimulai paling tidak sejak pertengahan tahun 1940-an. Glosarium buku Basic Electrical Engineering terbitan McGraw-Hill’s pada tahun 1945 menunjukkan “K” sebagai ribu. Berselang dua tahun kemudian, perusahaan elektronik Radio Corporation of America (RCA) juga memasukkan “K” dalam glosariumnya Common Words in Radio, Television, & Electronics.
Penggunaan huruf “K” juga nggak hanya digunakan untuk menunjukkan harga, tetapi juga satuan dalam teknologi. Misal penggunaan istilah “resolusi 4K”. Satuan yang digunakan dalam resolusi adalah pixel. “Resolusi 4K” sebenarnya merujuk pada resolusi 3.840 x 2.160, yang berarti diagonal 3.840 pixel dan tinggi 2.160 pixel. Tetapi, angka 3.840 dibulatkan menjadi 4.000, maka lahirlah istilah “4K”.
Istilah ini kemudian diadaptasi kelompok riset Antoine Lavoisier pada tahun 1975. Kemudian diperkenalkan oleh sistem metrik di Perancis pada tahun 1979. Sekarang, mulai banyak yang memakai sistem penghitungan ini, termasuk kafe-kafe dan juga media sosial.
Penggunaan huruf “K” untuk menyatakan kelipatan ribu tentu menguntungkan. Selain terlihat lebih modern dan kekinian, penggunaannya juga lebih menghemat tempat untuk menulis. Walaupun pasti membingungkan bagi yang belum tahu dan belum membaca tulisan ini.
Nah, sekarang sudah nggak bingung lagi, kan? Jadi, kalau bertemu dengan menu minuman atau makanan yang harganya disertai huruf “K”, itu berarti “ribu”. Misalnya secangkir kopi harganya 20K, 1K berarti 1000 rupiah, jadi tinggal tambahkan saja menjadi Rp 20 ribu. Atau kalau tiba-tiba jumlah follower di Instagram atau Twitter kalian menjadi 101K, itu berarti 101 ribu.
Jadi, sudah jelas ya huruf “K” itu merujuk pada kelipatan ribu. Semoga saja teman saya yang pernah bertanya membaca tulisan ini sehingga dia nggak perlu bertanya-tanya lagi. Selain huruf K di belakang angka, kafe-kafe kekinian juga menyodorkan harga menu dengan embel-embel IDR di depan harga. Apa lagi ini? Apa arti IDR dalam harga?
“IDR” sebenarnya singkatan dari “Indonesian Rupiah” yang merujuk pada mata uang negara kita. IDR merupakan istilah resmi untuk penyebutan rupiah, mata uang negara Indonesia, berdasarkan kode ISO 4217 yang dipakai oleh dunia perbankan dan bisnis di seluruh jagad. Jadi, kalau ada tulisan IDR 12K itu sama artinya dengan Rp 12 ribu.
Negeri lain pun punya istilah penyebutan mata uang yang berstandar internasional. Misalnya Dolar Amerika Serikat (USD), Dolar Singapura (SGD), Euro (EUR), Dolar Australia (AUD), Kroner Denmark (DKK), Krona Swedia (SEK), Dolar Kanada (CAD), dan yang lain.
Penulisan tiga huruf kapital ini dibentuk berdasarkan dua huruf pertama “ID” merupakan kode ISO 3166-1 atau kode yang mirip domain/TLD di internet untuk negara Indonesia. Sementara, huruf “R” pada bagian terakhir merupakan inisial dari nama mata uang.
Untuk kasus di Indonesia, memang lebih singkat jika ditulis “Rp”, akan tetapi ini istilah ini nggak internasional. Kalau ada pengunjung bule sudah pasti nggak bakal paham istilah “Rp”, makanya kebanyakan kafe dan tempat makan kekinian mengadopsi IDR di depan harga menu yang mereka tawarkan.
Nah, sudah jelas dan nggak bingung lagi ya soal arti K dan IDR. Paling penting kalau makan dan minum di kafe sih pastikan kalian membayarnya sesuai harga saja, yang lain-lain sebenarnya nggak terlalu penting dipertanyakan, termasuk istilah-istilah itu~
BACA JUGA Dear Penjual di Warung Kopi, Tolong Volume Musiknya Jangan Terlalu Keras.
Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2021 oleh Intan Ekapratiwi
Melde dich an, um fortzufahren.